Zat pengatur tumbuh (zpt) paclobutrazol dan komposisi media tanam dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan mawar mini (Polyantha spp.) dan hasil bunga. Tujuan percobaan adalah mengetahui pengaruh komposisi media dan konsentrasi zpt Paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan hasil bunga mawar mini Red baby rose. Percobaan dilaksanakan di Kp Segunung, Balithi, Cipanas, Cianjur 1100 m d.p.l. pada Pebruari-Mei 2004. Petak-petak percobaan disusun menurut rancangan petak terpisah tiga ulangan. Perlakuan petak utama adalah konsentrasi Paclobutrazol 0, 500, dan 1000 ppm yang diberikan 2 kali seminggu selama 5 minggu. Anak petak adalah komposisi media tanam yaitu kompos daun bambu, moss, sekam segar dengan perbandingan 1:1:1, 1:2:1, 1:3:1, kompos daun bambu dan arang sekam dengan peerbandingan 1:1, dan arang sekam dan moss dengan perbandingan 1:4. Hasil percobaan menunjukkan bahwa zpt Paclobutrazol pada konsentrasi 500 ppm memperpendek tinggi tanaman, tetapi pada konsentrasi 1000 ppm menekan pertumbuhan terlalu berat sehingga tanaman terlalu pendek. Media tanam yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman adalah arang sekam plus moss (1:4) dan cenderung memberikan hasil bunga tertinggi. Pertumbuhan tanaman serasi bagi mawar mini di pot, konsentrasi zpt Paclobutrazol yang diberikan di bawah 500 ppm.
Kata kunci : Polyantha spp., Paclobutrazol, Media tanam.
ABSTRACT. Rahayu Tejasarwana. 2004. Effect of paclobutrazol on mini rose growth and flower yield on several growing media composition. Paclobutrazol as growth regulator and growing media composition could affect on growth of mini rose and flower yield. The experiment was conducted at Segunung field station, IOPRI, Cipanas, Cianjur 1100 m asl in February to Mei 2004. The aim of this experiment was to find out the effect of growing media composition and paclobutrazol concentration on the growth and the flower yield of mini rose cv. Red baby rose. Plots were arranged in a split-plot design with three replications. Main plot treatments were paclobutrazol concentrations i.e. 0, 500, and 1000 ppm given 2 times a week for 5 weeks. Subplot treatments were growing media composition which consisted of bamboo leaf compost, moss, and fresh hull (1:1:1, 1:2:1, 1:3:1), bamboo leaf compost and carbonization hull (1:1), and carbonization hull and moss (1:4). The result indicated that paclobutrazol at 500 ppm suppressed plant height significantly, but at 1000 ppm the suppression was too high that caused the plant height was too low. The best growing media was carbonitation hull plus moss (1:4) that tend to increase the flower yield. Optimization plant growth for mini rose potted was given concentration paclobutrazol lower 500 ppm.
Keywords : Polyantha spp., Paclobutrazol, Growing media.
Mawar (Rosa hybrida) merupakan bunga yang banyak digemari dan sudah tua keberadaannya, dengan diketemukannya fosil mawar yang terdapat pada pembentukan batuan berumur 40 juta tahun di Colorado (Kartapradja, 1995).
Mawar merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki nilai keindahan serta daya tarik. Komoditas mawar merupakan tanaman hias yang dapat diusahakan dengan menjanjikan keuntungan besar. Permintaan nasional akan tanaman hias dan bunga potong meningkat tidak kurang dari 25% setiap tahun, sedangkan perkembangan produksi meningkat 20%. Permintaan mawar sebagai bunga potong meningkat 10% per tahun (Dwiatmini et al, 1996).
Selain mawar untuk bunga potong ada sejenis mawar mini yang dapat ditanam di pot. Mawar mini Polyantha spp. sesuai sebutannya tergolong mawar pot yang ukurannya mini. Diameter bunganya hanya sekitar 2-3 cm dengan ukuran daun proporsional, sehingga amat cocok ditanam dalam pot kecil dan hadir sebagai penghias meja (Putri, 1997).
Budidaya tanaman hias pot cenderung menggunakan media tanam tanpa tanah karena lebih bersih dan ringan hingga mudah penanganannya. Budidaya tanaman tanpa tanah merupakan budidaya dengan menggunakan substrat sebagai pengganti tanah. Tanah atau substrat berfungsi sebagai tempat untuk berjangkarnya akar dan sebagai penyangga tegaknya tanaman. Penggunaan media tanpa tanah mempunyai beberapa indikasi seperti tidak tersedianya tanah subur yang mampu menyediakan hara bagi pertumbuhan tanaman (Nursuhud, 1999). Selain itu penggunaan tanah sebagai media tanam sudah mulai dihindari karena ketersediaan tanah sudah semakin langka terutama di daerah perkotaan dan mutunya sangat beragam (Wuryaningsih, Sutater, dan Gunadi, 1995). Tanaman mawar pot umumnya digunakan sebagai tanaman dalam ruangan sehingga diperlukan media yang dapat menahan air atau mempertahankan kelembaban cukup lama. Pengaruh komposisi media tanam dan kaitannya dengan perkembangan akar untuk ketahanan tanaman mawar mini belum banyak diteliti.
Pemberian fitohormon pada tanaman mawar mini sangatlah penting. Zpt seperti paclobutrazol dapat berfungsi mempercepat waktu pembungaan, meningkatkan hasil bunga dan memperpendek batang. Jenis dan komposisi media tanam serta konsentrasi paclobutrazol perlu diteliti pengaruhnya terhadap tanaman mawar mini.
Diharapkan adanya suatu media porous yang mudah menyerap air untuk mendapatkan penampilan tanaman mawar mini yang bagus. Bahan-bahan media selain tanah yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk media tanam mawar mini antara lain kompos daun bamboo, kompos pinus, kompos tandan kosong kelapa sawit, serutan kayu, sekam padi, bagas tebu, sabut kelapa dan zeolit (Wuryaningsih, 1994).
Penelitian tentang pengaruh media tanam pada tanaman mawar mini di Balithi Segunung menunjukkan bahwa penggunaan arang sekam dengan moss pada perbandingan 1:4 memberikan hasil bunga tertinggi dibandingkan dengan komposisi media lain, yaitu sekam segar : moss : kompos daun bambu dengan perbandingan volume 1:1:1, 1:2:1, 1:3:1, kompos daun bamboo:arang sekam 1:1 (Budhiarti, 2004). Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah komposisi media tanam arang sekam dan moss dengan perbandingan 1:4 akan memberikan hasil dan pertumbuhan terbaik pada tanaman mawar mini. Selain itu konsentrasi zat pengatur tumbuh paclobutrazol 1000 ppm akan memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman mawar mini yang ditanam di pot. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi zat pengaruh tumbuh paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan hasil mawar mini Polyantha spp. cv Red Baby Rose.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik kebun percobaan Segunung, Balai Penelitian Tanaman Hias, di Kec. Pacet, Cianjur pada ketinggian 1100 m dpl. dengan suhu minimum 14oC dan maksimum 27oC. Penelitian dilaksanakan mulai 25 Pebruari-25 Mei 2004. Bibit mawar mini ditanam dalam pot plastik yang berukuran diameter 18 cm dan tinggi 15 cm. Percobaan ini merupakan kelanjutan penelitian yang dilakukan Budhiarti (2004) dengan mempertahankan faktor perlakuan media tanam dan memberikan faktor perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh paclobutrazol.
Pot-pot dalam percobaan ini disusun menurut rancangan petak terpisah dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari 2 faktor, yaitu konsentrasi zpt paclobutrazol sebagai petak utama dan media tanam sebagai anak petak. Perbedaan faktor perlakuan dilakukan uji F, sedangkan perbedaan taraf perlakuan diuji dengan menggunakan uji lanjut Duncan pada taraf 0,05. Perlakuan petak utama konsentrasi zpt paclobutrazol terdiri dari 0, 500, dan 1000 ppm. Sedangkan perlakuan anak petak komposisi media tanam terdiri dari kompos daun bamboo+moss+sekam segar dengan perbandingan 1:1:1, 1:2:1, 1:3:1, kompos daun bambu+arang sekam dengan perbandingan 1:1, dan arang sekam+moss dengan perbandingan 1:4.
Pelaksanaan percobaan dimulai dengan memilih pot sebagai wadah tempat media tanam. Pot dipilih yang berukuran sama yaitu berdiameter 18 cm dan tinggi 15 cm. Media tanam dikelompokkan sesuai perlakuan, kemudian dimasukkan ke dalam pot hingga ketinggian 4/5 tinggi pot. Kemudian pot-pot disusun di meja percobaan sesuai dengan perlakuan. Setiap pot ditanami 2 bibit mawar. Bibit mawar ini adalah bibit hasil okulasi yang berumur 3 bulan dengan batang mawah yaitu mawar pagar (Rosa multiflora) dan batang atas yaitu mawar mini merah Red Baby Rose. Sebelum bibit ini ditanam, bibit tersebut dicuci dalam air mengalir sampai akar dari bibit tersebut bersih dari sisa media sebelumnya, akar-akar dari bibit yang tidak perlu digunting.
Sealnjutnya setelah tanaman tumbuh dilakukan pemangkassan yang bertujuan untuk mengatur pertumbuhan tanaman mawar sebaik mungkin sehingga dapat menghasilkan bunga dengan bentuk yang indah. Pemangkasan berat dilakukan dengan memangkas rangkaian tunas hingga daun ke-3 dari atas.
Perlakuan penyemprotan paclobutrazol 0, 500, dan 1000 ppm dilakukan mulai sehari setelah pemangkasan, dua kali seminggu selama 5 minggu.
Pemeliharaan tanaman meliputi air pengairan, pengabutan, pemberian pupuk cair formula Cipanas A1, merupakan modifikasi Handreck dan Black (1994), penyiangan gulma, dan pengendalian hama dan penyakit.
Peubah yang diamati meliputi karakter fisik media tanam, EC dan pH media tanam, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah duri, dan hasil bunga. Rata-rata peubah pertumbuhan tanaman dan hasil bunga dianalisis ragam, perbedaan perlakuan dianalisis lanjut dengan uji kisaran berganda Duncan pada taraf 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat fisik media
Sifat fisik media tanam terdiri dari kerapatan lindak, porostas total, pori memegang air, dan pori terisi udara masing-masing komposisi media tanam. Contoh media tanam diambil dari media dalam pot yang tidak ditanami dan disiram air pengairan selama percobaan berlangsung. Analisis fisik media tanam dilakukan setelah percobaan selesai. Data analisis disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata kerapatan lindak, porositas total, pori memegang air, pori terisi udara pada berbagai komposisi media tanam percobaan mawar mini di pot, KP Segunung, Cipanas, Cianjur, tahun 2004 (Mean of bulk density, total porosity, water holding pore, air filled pore of several growing media composition on mini rose potted experiment, Segunung field station, Cipanas, Cianjur, 2004 year).
Karakter fisik media tanam (Fisical character of growing media) |
Komposisi media tanam (Composition of growing media) |
||||
Kdb+m+ss (1:1:1) |
Kdb+m+ss (1:2:1) |
Kdb+m+:ss (1:3:1) |
As+Kdb (1:1) |
As+m (1:4) |
|
KL (g/cm3) |
0,14 |
0,10 |
0,13 |
0,12 |
0,13 |
PT (%) |
68,0 |
61,6 |
70,3 |
61,9 |
82,6 |
PMA 1 jam (%) |
54,9 |
55,5 |
52,9 |
47,4 |
72,8 |
PMA 24 jam (%) |
49,6 |
47,1 |
46,3 |
42,5 |
67,9 |
PTU 1 jam (%) |
13,2 |
24,0 |
17,4 |
14,4 |
9,8 |
PTU 24 jam (%) |
18,5 |
32,4 |
24,0 |
19,4 |
15,7 |
KL = kerapatan lindak (bulk density), PT = porositas total (total porosity), PMA = pori memegang air (water holding pore), PTU = pori terisi udara (air filled pore), kdb = kompos daun bambu (bamboo leaf compost), m = moss (moss), ss = sekam segar (rice hull), as = arang sekam (carbonized rice hull).
Kerapatan lindak adalah massa suatu unit isi tanah kering, termasuk padatan dan pori-pori (Soepardi, 1983). Kerapatan lindak menyatakan bobot media tanam kering oven 105oC per satuan volume. Dari data yang disajikan pada tabel 1 menunjukkan bahwa kerapatan lindak tertinggi diperoleh dari komposisi media kdb+m+ss = 1:1:1 sebesar 0,14 g/cm3. Bila dibandingkan dengan kerapatan lindak tanah mineral termasuk kecil. Tanah mineral mempunyai rata-rata kerapatan lindak sebesar 1,2 g/cm3 (Soepardi, 1983). Komposisi media ini diduga paling padat di antara komposisi media tanam lainnya sehingga kerapatan lindak tertinggi. Nilai kerapatan lindak yang makin tinggi menunjukkan media tersebut makin padat, sehingga lebih sulit meneruskan air dan sulit tembus akar (Hardjowigeno, 1992). Media yang digunakan dalam penelitian ini telah ditanamai mawar mini selama lebih dari 4 bulan, sehingga media tanam kemungkinan mengalami pemampatan yang berakibat nilai KL meningkat.
Porositas total menyatakan jumlah pori total tertinggi ditunjukkan pada komposisi media tanam As+m = 1:4 sebesar 82,6%, diikuti komposisi media tanam lainnya dan yang terendah adalah kdb+m+ss = 1:2:1 sebesar 61,6%. Nilai PT sangat memp[engaruhi airasi dan drainasi. Nilai PT yang tinggi menunjukkan airasi dan drainasi media tersebut besar, berarti laju perkolasi air dan pertukaran udara berlangsung relatif cepat (Dwiatmini et al, 1996). Menurut Soepardi (1983), lapisan olah tanah berat dan yang berpasir mempunyai ruang pori berkisar 3,5-60%. Berdasarkan pernyataan di atas maka stratus porositas total media tanam yang dicoba termasuk tinggi, dengan PT media tanam tertinggi 82,6%. Moss mempunyai daya mengikat air lebih tinggi dibandingkan komposisi media tanam lainnya (Satsijati, 1991).
Pori memegang air menunjukkan kemampuan media tanam untuk menahan air. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekringan (Hardjowigeno, 2003). Pori memegang air 1 jam tertinggi diperoleh pada komposisi media As+m (1:4) sebesar 72,8% diikuti komposisi media tanam lain dan terendah As+kdb (1:1) sebesar 47,4%. Sementara pori memegang air 24 jam tertinggi pada As+m (1:4) sebesar 67,9% diikuti komposisi media tanam lainnya dan yang terendah adalah As+kdb 1:1 sebesar 42,5%. Dari hasil analisis PMA 1 jam dan 24 jam diperoleh kesimpulan bahwa As+:m (1:4) merupakan media tanam yang mempunyai PMA tertinggi. Menurut Soepardi (1983), bahwa tanah mineral mempunyai ruang pori mikro terisi air sebesar 34,2%. Berdasarkan nilai pori mikro terisi air di atas maka status PMA pada komposisi media yang diteliti seluruhnya tergolong tinggi.
Pori terisi udara adalah pori-pori media yang hanya terisi udara atau gas, bukan bahan padat atau air. PTU tertinggi baik 1 jam maupun 24 jam diperoleh dari kdb+m+ss (1:2:1) berturut-turut 24,0%-32,4% diikuti komposisi media tanam lain dan terendah As+m (1:4) berturut-turut 9,8%-15,7%. Menurut Soepardi (1983), bahwa tanah ideal mempunyai pori makro berisi udara sebesar 26,0%. Dari kisaran nilai PTU pada komposisi media tanam yan diteliti yaitu antara 9,8-32,4%, maka PTU media bervariasi antara rendah, sedang, dan tinggi.
Sifat kimia media
Electric conductivity (EC) merupakan besarnya daya hantar listrik lingkungan media tanam yang berasal dari kation-kation yang dilepaskan media tanam. Oleh karena itu EC sering dijadikan indikator kesuburan tanah. Dari data yang disajikan pada tabel 3, menunjukkan bahwa EC tertinggi terdapat pada media tanam kdb+m+ss (1:1:1) sebesar 0,37 dS/m dan terendah pada kdb+m+ss (1:2:1) sebesar 0,06 dS/m. Handreck dan Black (1994) menyatakan bahwa pada nilai EC media kurang dari 0,3 dS/m maka tanaman perlu diberi pupuk, EC antara 0,7-1,3 dS/m disarankan boleh dipupuk, dan EC antara 1,3-1,8 dS/m nilainya tinggi sehingga tidak perlu diberi pupuk. Sedangkan EC lebih dari 1,8 dS/m perlu dilakukan pencucian. Berdasarkan penjelasan tersebut maka ke-5 komposisi media tanam tersebut perlu diberi pupuk.
Tabel 2. Rata-rata EC dan pH berbagai komposisi media tanam percobaan mawar mini di pot, KP Segunung, Cipanas, Cianjur, tahun 2004 (Mean of EC and pH of several growing media composition on potted mini rose experiment, Segunung field station, Cipanas, Cianjur, in 2004)
Macam Analisis (Kind of analyses) |
Komposisi media tanam (Growing media composition) |
||||
Kdb+m+ss (1:1:1) |
Kdb+m+ss (1:2:1) |
Kdb+m+ss (1:3:1) |
As+kdb (1:1) |
As+m (1:4) |
|
EC (dS/m) |
0,37 |
0,06 |
0,12 |
0,19 |
0,25 |
pH |
5,03 |
5,63 |
5,87 |
5,90 |
5,70 |
kdb = kompos daun bambu (bamboo leaf compost), m = moss (moss), ss = sekam segar (rice hull), as = arang sekam (carbonized rice hull)
pH media tanam menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas media yang dinyatakan dengan nilai pH (Hardjowigeno, 2003). Data yang disajikan di tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa nilai pH tertinggi terdapat pada as:kdb (1:1) dan terendah pada kdb:m:ss (1:1:1) sebesar 5,03. Menurut Styer (1997), pH media yang ideal untuk tanaman mawar adalah sekitar 5,5-6,5 karena pada kisaran ini ketersediaan hara bagi tanaman dan penyerapan hara paling optimal.
Tinggi tanaman
Data yang disajikan pada tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi paclobutrazol memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Konsentrasi 0 ppm memberikan pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 22,79 cm. Konsentrasi 500 ppm mampu menurunkan pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 40,3% dibandingkan dengan 0 ppm, tetapi pada 1000 ppm penurunannya tidak nyata dibandingkan 500 ppm. Pemberian paclobutrazol menyebabkan berkurangnya pemanjangan batang (Wilkinson dan Richard, 1988). Berdasarkan informasi dari Asbindo (Asosiasi Bunga Indonesia) tinggi tanaman yang baik pada tanaman mawar pot paling tinggi sebesar 1,5 kali tinggi pot (1,5 x 15 cm = 22,5 cm). Pertumbuhan tinggi tanaman yang ideal diperoleh dari perlakuan konsentrasi 0 ppm paclobutrazol.
Perlakuan komposisi media tanam kdb+sb =1:1 memberikan pertumbuhan tinggi tanaman yang tertinggi sebesar 17,22 cm, diikuti komposisi media tanam lain dan yang terendah as+m = 1:1 sebesar 16,09 cm.
Jumlah daun
Data yang disajikan pada tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Konsentrasi 0 ppm menghasilkan pertumbuhan daun tertinggi sebesar 11,43 helai daun per batang dan diikuti oleh konsentrasi 500 ppm yang mampu menurunkan jumlah daun sebesar 20,47% dibandingkan dengan 0 ppm, dan terendah diperoleh dari konsentrasi 1000 ppm yang mampu menurunkan jumlah daun sebesar 43,31%. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 500 ppm maupun 1000 ppm sama-sama menurunkan jumlah daun, namun demikian bila dilihat dari fisik tanaman, konsentrasi 1000 ppm diduga terlalu pekat, sehingga dianjurkan untuk menggunakan konsentrasi kurang dari 500 ppm.
Media tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun. Jumlah daun tertinggi diperoleh dari komposisi media tanam kdb+m+ss = 1:3:1 sebesar 9,78 helai/batang, diikuti komposisi media lain, dan terendah adalah kdb+m+ss = 1:2:1 sebesar 7,67 helai/batang. Selisih jumlah daun relatif kecil, sehingga selain kdb+m+ss = 1:2:1 bisa dijadikan alternatif media tanam.
Jumlah duri.
Konsentrasi paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap jumlah duri. Konsentrasi 0 ppm sebagai kontrol ternyata menunjukkan jumlah duri tertinggi sebesar 7,85 buah/batang, diikuti konsnetrasi 500 ppm, dan terendah konsentrasi 1000 ppm sebesar 2,27 buah duri/batang. Baik pemberian paklobutrazol pada konsentrasi 500 ppm maupun 1000 ppm, ternyata sama-sama mampu menekan pertumbuhan jumlah duri (Tabel 3). Sedangkan komposisi media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah duri.
Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah duri, dan hasil bunga tanaman mawar mini di pot pada berbagai konsentrasi paclobutrazol dan komposisi media tanam di kebun percobaan Segunung, Cipanas, Cianjur, tahun 2004 (Mean of plant height, leaves number, thorns number and flower yield of mini rose plant potted on several paclobutrazol concentration and growing media composition at Segunung field station, Cipanas, Cianjur, in 2004)
Perlakuan (Treatment) |
Tinggi tanaman, 5 msp (Plant height, 5 weeks) (cm) |
Jumlah daun/tangkai (Leaves number/stem) 5 msp |
Jumlah duri/tangkai (Thorn number /stem) 5 msp |
Hasil bunga (Flower yield) (kuntum/tanaman)(Flowers/plant) |
Konsentrasi (Concentration) |
|
|
|
|
0 ppm |
22,79 a |
11,43 a |
7,85 a |
10,71 a |
500 ppm |
13,61 b |
9,09 ab |
3,76 b |
8,76 a |
1000 ppm |
13,35 b |
6,48 b |
2,27 c |
5,40 b |
KK k (%) |
6,16 |
25,1 |
39,5 |
33,1 |
Media tanam (Growing media) |
|
|
|
|
Kdb+m+ss (1:1:1) |
16,60 ab |
8,71 ab |
4,22 a |
8,09 a |
Kdb+m+ss (1:2:1) |
16,80 ab |
7,67 b |
4,09 a |
8,38 a |
Kdb+m+ss (1:3:1) |
16,22 b |
9,78 a |
5,16 a |
8,37 a |
Kdb+as (1:1) |
17,22 a |
9,38 ab |
5,49 a |
7,90 a |
As+m (1:4) |
16,09 b |
9,47 ab |
4,18 a |
8,71 a |
KK m (%) |
5,2 |
19,3 |
23,9 |
11,7 |
*) Angka rata-rata pada kolom dan perlakuan sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji kisaran berganda Duncan pada taraf 0,05 (Mean numerals in a colum and same treatment followed by same letter did not significant different according to Duncan Multiple Range Test at 0.05)
Hasil bunga
Data yang disajikan pada tebel 3, menunjukkan bahwa konsentrasi paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap hasil bunga. Konsentrasi 0 ppm memberikan hasil bunga tertinggi sebesar 10,71 kuntum/tanaman diikuti konsentrasi 500 ppm sebesar 8,76 kuntum/tanaman. Selisih bunga antara konsentrasi 0 ppm dan 500 ppm kecil sehingga tidak nyata. Sementara hasil bunga terendah diperoleh konsentrasi 1000 ppm sebesar 5,4 kuntum/tanaman. Pemberian paclobutrazol berpengaruh pada pembungaan suatu tanaman (Purnomo et al, 1989).
Media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap hasil bunga yang berkisar 7,9-8,71 kuntum/tanaman, tetapi ada kecendeerungan hasil tertinggi diperoleh dari komposisi media tanam as+m (1:4) sebesar 8,71 kuntum/tanaman, diikuti komposisi media tanam lain, dan hasil bunga terendah diperoleh komposisi media tanam kdb+as (1:1) sebesar 7,9 kuntum/tanaman. Media tanam as+m (1:4) mempunyai nilai porositas tertinggi sebesar 82,6%. Nilai porositas sangat mempengaruhi airasi dan drainasi. Nilai PT tinggi menunjukkan airasi dan drainasi media tersebut tinggi, berarti laju perkolasi air dan pertukaran udara berlangsung relatif cepat (Dwiatmini et al, 1996).
Dari hasil dan pembahasan tersebut di atas ternyata bahwa berlawanan dengan hipotesis, paclobutrazol 1000 ppm yang diberikan menghambat pertumbuhan tinggi tanaman menjadi tetap rendah, jumlah daun rendah, jumlah duri rendah, dan hasil bunga juga terendah. Sedangkan komposisi media tanam arang sekam dan moss (1:4) cenderung memberikan pertumbuhan dan hasil bunga yang baik.
KESIMPULAN
Paclobutrazol pada konsentrasi 500 ppm dapat memperpendek tinggi tanaman, tetapi pada konsentrasi 1000 ppm tampak menekan pertumbuhan terlalu rendah.
Komposisi media tanam terbaik untuk pertumbuhan tanaman adalah arang sekam plus moss (1:4), karena memberikan tinggi tanaman terendah, jumlah daun yang cukup, jumlah duri sedikit, dan hasil bunga cenderung tertinggi. Komposisi media tanam lain dapat digunakan sebagai alternatif untuk mawar mini yang ditanam di pot.
PUSTAKA
1. Budhiarti, R.A. 2004. Rekayasa komposisi media tanam dan formula hara serta pengaruhnya terhadap hasil dan kualitas mawar pot. Skripsi. Fakultas Pertanian UNSIL, Tasikmalaya.
2. Dwiatmini, K., T. Sutater, D.H. Goenadi. 1996. Media tanam krisan dengan kompos dari lima macam limbah pertanian. J.Hort. 5(5):99-105.
3. Handreck, k.A. dan N.D. Black. 1994. Growing media for ornamental plants and turf. University of New South Wales Press, Australia. h.
4. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu tanah. PT. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta. 233 h.
5. Kartapradja, R. 1995. Botani dan ekologi mawar. Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta. 60 h.
6. Nursuhud. 1999. Budidaya tanaman tanpa olah tanah. Makalah Workshop Florikultura 3, 11-13 November 1999, di bandung. 5 h. (Unpublish).
7. Purnomo, S. dan Prahardini. 1989. Pengaruh saat aplikasi dan konsentrasi Paclobutrazol selama dua musim panen apel (Malus sylvetris Mill). J. Hort. 1(2):58-68.
8. Putri, U.K. 1997. Mawar mini red baby rose sebagai penghias meja. Trubus 28(332):20-22.
9. Satsijati. 1991. Pengaruh media tumbuh dan hydrostore terhadap anggrek Dendrobium youpphadeewan. J.Hort.1(2):13-17.
10. Soepardi, G. 1983. Sifat dan ciri tanah, IPB, Bogor. 591 h. (Unpuplish).
11. Styer, R. 1997. Key factor of water, sustrate and nutrition plug production. Floricultura International 7(1):12-15.
12. Wilkinson, R.I. dan D. Richards. 1988. Influence of paclobutrazol on the growth and flowering of Camellia and Williamsi. Hort. Science 23(2):359-360.
13. Wuryaningsih, S. dan Darliah. 1994. Pengaruh media sekam padi terhadap pertumbuhan tanaman hias pot Spathiphyllum. Bul. Penel. Tan. Hias II(2):19-129.
14. Wuryaningsih, S., T. Sutater dan G.H. Goenadi. 1995. Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai media tanpa tanah dan pemupukan pada Spathiphyllum. J.Hort. 5(1):12-18.
Sumber : Tejasarwana, R 2004. Pengaruh ZPT Paclobutrazol dan Komposisi Media Tanam Mawar Mini terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bunga. Prosiding Seminar Nasional Florikultura, Bogor, 4-5 Agustus: 334 -340.
Assalamualaikum ibu.
Saya mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (Pemuliaan Tanaman). Saya ada rencana untuk melakukan penelitian skripsi bunga mawar. Bisa kah saya mendapat file ataupun format pdf sebagai bahan acuan penelitian saya?
Waah yang ada saja mas bisa dijadikan reference sama kok dengan aslinya, terus terang aku kekurangan waktu untuk mencari kembali. Trima kasih yaa