Lingkungan tumbuh yang cocok untuk tanaman melati yaitu iklim panas tropik dan lebih disenangi pada tanah yang ringan dan berdrainase baik, kaya bahan organik dengan kelembaban baik. Namun demikian melati juga banyak ditanam pada tanah yang bervariasi jenisnya. Untuk budidaya melati secara komersial diperlukan tanah yang remah, porus, berpasir dan juga kaya bahan organik yang telah terdekomposisi (Pizzetti dan Coaker, 1968).
Umumnya bibit berasal dari stek cabang yang keras, dan setengah keras dengan panjang 5 atau 6 ruas. Bibit melati juga dapat diperoleh dengan cara perundukkan dari cabang basal. Untuk keperluan penanaman secara luas hendaknya dipilih bibit yang sudah mempunyai perakaran baik dan berdaun penuh. Bibit yang baik dapat diperoleh dengan pembibitan yang melalui pendederan di pot kantong plastik (polibag).
Pada umumnya pengusahaan melati tersebut masih menggunakan teknik budidaya berdasarkan pengalaman yang turun temurun dan belum didukung oleh teknologi produksi yang memadai. Penelitian melati di Indonesia belum banyak dilakukan, sedangkan di luar negeri penelitian melati banyak dilakukan antara lain di India.
PENANAMAN
Penanaman melati pada umumnya tidak diperlukan pengolahan tanah secara total seperti akan menanam sayuran, tetapi cukup dibuat lubang tanam dengan ukuran panjang, lebar dan kedalaman berturutturut yaitu: (30-40) cm X (30-40) cm X 30 cm dan gulma disekitamya dibersihkan. Namum demikian bagi petani yang berpengalaman, petani tersebut melakukan pengelolaan tanah secara intensif. Pertama dibuat alur sedalam 30 cm dan lebar (30-40) cm, kemudian alur tersebut diisi dengan kompos dari berbagai bahan limbah pertanian seperti rumput kering, pupuk kandang dan lain-lainnya, kemudian ditutup tanah dan dibuat guludan setinggi (20-30) cm dengan maksud untuk memperkaya bahan organik di dalam tanah. Selanjutnya sekitar 1 bulan kemudian bibit ditanam pada guludan tersebut dengan jarak yang telah ditentukan. Sebelum bibit ditanam, tanah dan kompos pada lubang tanaman diaduk teriebih dahulu dan kemudian bibit ditanam.
Jarak tanam melati sangat bervariasi baik jarak didalam barisan maupun jarak antar barisan. Hal ini tergantung pada lokasi (daerah) dan pengalaman petani serta jenis melati yang ditanam. Pada prinsipnya jarak tanam perlu mengacu pada upaya untuk menghindari terjadinya kanopi antar tanaman saling menutupi. Hal ini dipengaruhi oleh tipe morfologi dari kultivar yang ditanam.
Jarak tanam untuk J. sambac pada umumnya sekitar (30-40 ) cm di dalam barisan dan (100-120) cm antar barisan. Di India digunakan jarak tanam 2 m X 2 m, tetapi dari pengamatan menunjukkan bahwa peningkatan populasi dari 2.500 tanaman menjadi 10.000 tanaman per ha dapat meningkatkan hasil bunga 169 % (Nambisan dan Khrisnan, 1980). Penentuan jarak tanam juga dipengaruhi oleh kesuburan tanah. Pada tanah yang lebih subur digunakan jarak tanam yang lebih lebar dibanding tanah yang kurang subur.
PEMUPUKAN
Tanaman melati memerlukan penyediaan hara yang cukup dan secara terus menerus agar diperoleh hasil bunga yang tinggi dan masa panen yang berkelanjutan. Pemupukan yang berimbang dan merata sepanjang tahun adalah penting bagi pertanaman yang sedang berbunga produktif. Di Madurai (Agricultural College), pupuk N – P205 – K2O pada dosis 240 – 240 – 240 g/tanaman, pada tahun ketiga dapat meningkatkan hasil bunga 109,5 % terhadap kontrol (Nambisan dan Krishnan, 1980). Macam pupuk yang digunakan adalah urea, super fosfat dan K2S04 dan diberikan dua kali masing-masing setengah dosis dan ditambah 10 kg pupuk kandang untuk setiap tanaman.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian nitrogen dengan dosis 30 g/tanaman yang diberikan 2 kali, masing-masing setengah dosis dapat meningkatkan hasil bunga (Kumar dan Gill, 1983). Pemupukan pada J. sambac berumur 2 tahun dengan kalsium amonium nitrat 30 g/tanaman ditambah 4 kg pupuk kandang per tanaman + 120 g superfosfat + 60 9 K2S04/tanaman menghasilkan bunga tertinggi (Ramesh et al. 1988). Selain itu hasil penelitian Srinivasan et al. (1989) menunjukkan bahwa tingkat dosis N dan interval pemupukan berpengaruh terhadap waktu mulainya panen bunga dan hasil bunga. Dosis N dan P205 masing-masing sebesar 90 g dan 120 g per tanaman memberikan hasil bunga tertinggi, tetapi sa at panen pertama lebih lambat 8 hari. Dosis pupuk P205 yang tinggi, sedikit menghambat waktu panen pertama. Dosis pupuk juga berpengaruh terhadap hasil bunga J. grandifforum.
Dosis pupuk N dan P205 yang terbaik untuk J. grandifforum adalah 60 g dan 120 g per tanaman (Natarajan dan Rao, 1980). Sedangkan hasil penelitian Bhattacharjee (1988), menunjukkan bahwa interval pemupukan dan dosis pupuk berpengaruh terhadap tingkat hasil bunga J grandiflorum. Dosis nitrogen 100 9 per tanaman per tahun yang diberikan tiga kali, masing-masing 1/3 dosis pada bulan Desember, April dan Agustus dapat meningkatkan hasil bunga 26,6 % dibanding kontrol. Selain pupuk makro, pupuk mikro Mg dan Zn yang disemprotkan pada tanaman melati berpengaruh terhadap jumlah tunas dan hasil bunga (Battacharjee, 1990).
Pembenah tanah dan pupuk nitrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman J. sambac seperti pada tabel 1 (Wuryaningsih, et al., 1994).
Tabel1 : Pengaruh pembenah tanah dan pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan J. sambac
Perlakuan |
Tinggi Tanaman |
Jumlah Tunas |
Jumlah Daun |
Berat Tanaman |
Pembebanan Tanah |
|
|
|
|
Kontrol |
42,83 x |
10,25 z |
91,38 z |
103,80 y |
Pupuk Kandang (PK) |
50,69 x |
14,54 y |
117,30 y |
136,60 y |
Agrovit |
49,79 x |
14,75 y |
112,50 y |
139,20 y |
PK+Agrovit |
55,08 x |
17,88 x |
150,80 x |
186,50 x |
Pupuk N (Urea) |
|
|
|
|
0 g/tanaman |
39,79 b |
11,17 c |
85,75 c |
109,50 b |
5 g/tanaman |
45,60 b |
14,50 b |
117,00 b |
144,80 a |
10 g/tanaman |
56,79 a |
16,63 a |
151,10 a |
160,10 a |
15 g/tanaman |
56,21 a |
15,13 b |
128,20 b |
151,70 a |
Hasil penelitian lainnya pada J sambac berumur 1 tahun dari stek umur 6 bulan di Pasarminggu, dosis pupuk KN03 60 g/pot/tahun dapat meningkatkan bobot bunga 85,9 % terhadap kontrol. Dosis dan interval waktu pemupukan berpengaruh terhadap hasil bunga. Dengan pupuk dasar 5 g TSP + 5 g K2S04 + 1 kg pupuk kandang tiap pot, dosis pupuk KN03 15 g/pot yang diberikan setiap tiga bulan sekali dapat meningkatkan bobot bunga 116,3 % terhadap kontrof (Satsiyati et al. 1997), seperti tercantum dalam tabel 2.
Tabel2 : Interaksi antara dosis dan interval pemberian KNOa terhadap bobot bunga (g/pot/tahun)
Perlakuan Dosis KN03 (g/pot/tahun) |
Interval Pemberian KN03 |
||
2 bulan |
3 bulan |
4 bulan |
|
0 |
666,30 x b |
666,30 x c |
584,70 x b |
30 |
1069,00 x a |
1019,00 x b |
831,40 y a |
60 |
1167,00 y a |
1379,00 x a |
793,80 z a |
Keterangan: xyz perbedaan antar baris ; abc perbedaan antar kolom
Satsiyati, et al., (1997) mengemukakan bahwa pola produksi bunga melati dipengaruhi oleh level nitrogen dan interval pemberiannya. Dengan level dan interval pemberian tertentu maka pola produksi bunga dapat diatur berdasarkan jadwal waktu menurut kebutuhan konsumen sehingga dapat dilakukan budidaya yang lebih efisien. Pola produksi bunga dengan interval pemberian KN03 60 g/pot/tahun memberikan hasil bunga tertinggi dibanding perlakuan 30 g/pot/tahun. Interval pemberian nitrogen dua bulan sekali menghasilkan pola produksi bunga dengan fluktuasi hasil yang lebih tajam dibanding interval pemberian nitrogen tiga bulan sekali. Puncak hasil bunga pada bulan Juli, disusul bulan Oktober. Sedangkan interval pemberian nitrogen empat bulan sekali memberikan hasil bunga lebih rendah dibanding interval pemberian dua dan tiga bulan sekali dan mencapai puncaknya pada bulan Agustus.
PEMANGKASAN
Pemangkasan tanaman pada umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih baik seperti yang diinginkan. Pemangkasan juga merupakan salah satu komponen dari aspek pemeliharaan tanaman apabila yang dipangkas adalah cabang atau ranting yang sakit atau kering dan juga cabang – cabang yang tidak produktif.
Pada tanaman melati, pemangkasan bentuk dilakukan untuk keperluan melati pot atau taman. J. sambac apabila dipangkas bagian cabang dan ranting-rantingnya secara cermat akan terbentuk tanaman yang mempunyai kanopi yang serasi terhadap ukuran pot dan wadahnya dengan jumlah bunga banyak. Demikian pula J. multiflorum dapat dibentuk menjadi tanaman yang tegak berbentuk payung dan penuh bunga dipermukaan kanopinya. Tanaman tersebut menjadi sangat indah dan menarik apabila diletakkan pada posisi yang tepat di dalam suatu taman.
Budidaya melati J. sambac yang tidak produktif karena telah berumur tua dapat dilakukan pemangkasan berat sampai sekitar 1/4 – 1/3 tinggi tanaman aslinya. Dengan pemangkasan berat tersebut akan tumbuh tunas-tunas baru yang produktif. Agar timbulnya tunas-tunas baru tersebut lebih cepat, pemangkasan tanaman perlu diikuti pengairan secara teratur dan pemberian pupuk secukupnya.
Tanaman J. sambac yang masih produktif, dapat dilakukan pemangkasan pucuk setelah panen bunga selesai. Hal tersebut dimaksudkan untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru lebih cepat sehingga waktu berbunganya lebih awal.
Penelitian pemangkasan melati banyak dilakukan di India. Cara dan waktu yang berkaitan dengan iklim berpengaruh terhadap efek pemangkasan yaitu hasil bunga (Sidda dan Rai, 1988; Siddagangaiah dan Rai, 1988; Hugar dan Nalawadi, 1993). Pemangkasan dapat memperbaiki hasil dan kualitas bunga J. sambac cv. Gundumalli (Sharma dan Singh, 1991). Saat pemangkasan banyak dikaitkan dengan penggunaan zat pengatur tumbuh, agar hasil bunga lebih tinggi.
PERANGSANGAN PEMBUNGAAN
Varietas melati seperti J. sambac Ait, J. multiflorum dan J. grandiflorum dapat dirangsang pembungaannya dengan zat pengatur tumbuh (ZPT). Waktu penyemprotan ZPT biasanya dikaitkan dengan waktu pemangkasan. Pada J. sambac Ait umur 8 tahun, cycocel dengan dosis 1000 ppm yang disemprotkan pada 15 hari sebelum dan setelah tanaman dipangkas, dapat meningkatkan hasil bunga 283,3 % terhadap kontrol (Gowda et al. 1991). ZPT lainnya yaitu B9 dengan dosis 2000 ppm yang disemprotkan pada J. sambac Ait umur 2 tahun juga dapat meningkatkan hasil bunga 109 % terhadap kontrol (Shalaby et al. 1989).
Cycocel juga berpengaruh pada hasil bunga J. multifforum umur 6 tahun. Cycocel dosis 500 ppm yang disemprotkan pada tanaman dapat meningkatkan hasil bunga dan nisbah C/N demikian juga NAH pada dosis 50 – 100 ppm. Kedua macam ZPT tersebut dapat memperpanjang periode berbunga dan jumlah hari berbunga (Murali dan Gowda, 1988). Hasil penelitian lainnya (Murali dan Naraganagowda, 1988) menunjukkan bahwa cycocel dengan dosis 500 ppm yang disemprotkan pada J. multiflorum pada saat 45 hari setelah pemangkasan dapat meningkatkan hasil bunga rata-rata 182,8% terhadap kontrol dan 22 hari lebih cepat berbunga serta lamanya berbunga adalah 54 hari lebih panjang terhadap kontrol.
Pemberian cycocel juga berpengaruh terhadap hasil bunga J. grandifforum. Cycocel dengan dosis 5000 ppm yang disemprotkan pada saat 60 hari setelah pemangkasan dan diulang 15 hari kemudian dapat memberikan hasil bunga tertinggi yaitu 1,45 kg tiap tanaman (More dan Dahare, 1985). Penyemprotan cycocel dan B9 masing-masing dengan dosis 1000 ppm dan 5000 ppm pada J. grandifforum umur 4 tahun yang dipangkas bulan Desember juga dapat meningkatkan hasil bunga berturut-turut 23,9 % dan 29,2 % terhadap kontrol (Battacharjee, 1989).
Zat pengatur tumbuh yang bersifat menghambat pertumbuhan dan merangsang pembungaan antara lain paclobutrazol di teliti di Bogor pada J. sambac umur 1 tahun yang ditanam dalam pot dengan media tanah:sekam:pupuk kandang = 1 : 1 : 1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa paclobutrazol yang diberikan lewat media setelah tanaman dipangkas ternyata memperpendek ruas, memperkecil luas daun dan meningkatkan jumlah rangkaian bunga. Paclobutrazol dengan dosis 200 ppm memberikan kenaikan jumlah bunga rata-rata total sebesar 81 ,4 % terhadap kontrol (Herlina et al. 1997) seperti pada tabel3.
Tabel 3: Pengaruh paclobutrazol terhadap jumlah bunga J. sambac per pot.
Dosis Paclobutrazol (ppm) |
Jumlah Bunga periode I |
Jumlah Bunga periode II |
Jumlah Bunga Total |
0 |
50,45 b |
63,13 b |
113,58 |
200 |
75,00 a |
131,70 a |
206,70 |
400 |
65,00 a |
143,77 a |
209,77 |
600 |
64,15 a |
134,07 a |
198,22 |
Keterangan : a dan b perbedaan dalam masing-masing kolom
Dari beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa efek ZPT terhadap hasil bunga dipengaruhi oleh macam, dosis, umur dan varietas melati.
PENGAIRAN
Tanaman melati relatif tahan terhadap kondisi kekurangan air. Namun untuk mendapatkan pertumbuhan yang sehat dan produksi bunga tinggi diperlukan pemberian air atau penyiraman yang teratur dalam jumlah cukup terutama pada musim kemarau. Jumlah air yang diperlukan tanaman tergantung dari jenis dan umur tanaman.
Hasil penelitian peran pupuk kalium terhadap cekaman air pada J. sambac yang ditanam dalam pot menunjukkan bahwa kalium hanya berpengaruh terhadap berat kering tanaman. Volume pemberian air 75 % dari air tersedia memberikan produksi bunga tertinggi, periode tanpa bunga terpendek, bobot basah dan bobot kering tanaman tertinggi.
Pemberian air pada pertanaman melati secara teratur perlu dilakukan, terutama pada musim kemarau. Pemberian air atau penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, sampai sekitar perakaran tanaman cukup basah. Pada pertanaman melati di areal persawahan dibuat selokan keliling yang berfungsi untuk menampung air untuk keperluan penyiraman tanaman melati.
PANEN BUNGA
Bunga melati untuk berbagai keperluan komersial seperti untuk roncean dan pewangi teh, dipetik pada stadia kuncup penuh. Kriteria bunga kuncup penuh yaitu apabila kuncup bunga tersebut berwarna putih merata dan apabila dipetik pada pagi hari, maka sore harinya sedah terbuka sempuma.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, hasil bunga melati J. sambac di Jawa Tengah, produksinya berfluktuasi tergantung pada musim dan umur tanaman yaitu sekitar 10 – 35 kg/ha/hari. Sedangkan hasil pengamatan di Pasarminggu hasil bunga J. sambac umur 1-2 tahun, hasil panen bunga tertinggi pada bulan Juli (24 g/tan), kemudian menurun dan meningkat lagi pada bulan Oktober (19 g/tan) (Satsijati et al, 1997).
Pola produksi bunga melati J. sambac dapat diatur berdasarkan jadwal pembungaan yang dikehendaki. Caranya yaitu dengan mengkombinasikan saat pemangkasan dan pemupukan dengan dosis berdasarkan umur tanaman dan dapat pula ditambah dengan penggunaan ZPT.
PUSTAKA
Bhattacharjee,S.K. 1988. Studies on the effect of split doses of nitrogen on J. grandiflorum L. Indian Parfumer32:4,321-326.
Bhattacharjee, SK 1989. Influence of growth retarding chemicals on growth and flowering of Jasminum grandiflorum L. Indian Joumal of Horticulture 46:2,240-243.
Bhattacharjee, SK 1990. Efficacy of foliar application of Mg and Zn on growth and flowering of J. grandifforum L. Indian Journal of Horticulture.
Gowda, V.N; Gowda, J.V.N and S.N. Vajranabaiah. 1991. Regulation of flowering in gundumallige (Jasminum sambac Ait) by foliar application of cycocel. Current Research University of Agricultural Sciences, Bangalore 20: 12,256.
Herlina, D; K. Dwiatmini dan M. Fatchurochim. 1997. Peran paclobutrazol dan pupuk KN03 terhadap induksi pembungaan melati (Jasminum sambac) Laporan hasil penelitian melati T.A 1996/97.
Hugar, A.H. dan U.G. Nalawadi. 1993. Influence of time of pruning on vegetative growth and flower yield of jasmine. Current Research University of Agricultural Sciences Bangalore 22(3-5) : 65 – 68.
Kumar, R dan A.P.S. Gill. 1983. Effect of nitrogen application on the flower yield of young plants of Jasminum sambac Ail. South Indian Horticulture 31 (1) : 20 – 21.
More, T.A. and S.R. Dahare. 1985. Note on the effect of different growth retardant on flowering in Jasminum grandiflorum. Madras Agricultural Joumal 72: 5, 293-295.
Murali, T.P. and J.V. Narayanagowda. 1988. Studies on the regulation of flowering of Jasmine by foliar application of cycocel. Current Research University of Agricultural Sciences, Bangalore, 17 : 3, 35 – 37.
Murali, T.P and J.V.N, Gowda. 1988. Effect of growth regulators on biochemical composition of leaves and flower yield in Jasminum. Indian Journal of Horticulture.45:3-4, 344-351.
Nambisan, K.M.P. and B.M. Krishnan. 1980. Gundumallii. The romantic Jasmine. Agric. College and Res. Inst, Madurai. January March.
Natarajan, S. and V.N.M.Rao. 1980. Response of Jathimalli (Jasminum grandiflorum L) to nitrogen and phosphorus. Madras Agricultural Journal 67(4):252-254. In Hort. Abstract 198 20/52(1).
Pizzeti, I., and H.Coaker, 1968. Flowers. A Guide for your garden. New York: Harry N Abrams, Inc: 684 – 694.
Ramesh-Kumar, Gill, AP.S.; Kumar, R.1988. Effect of nitrogen application on the concrete production of Jasminum sambac. Indian Parfumer, 32 : 3, 248-250.
Satsiyati, S. Wuryaningsih dan J. Prasetya. 1997. Pengaruh pemberian kalium nitrat (KN03) dan lingkungan tumbuh terhadap hasil bunga melati (Jasminum sambac). J. Hort: 7 (2): 660-672 .
Shalaby, A.S.; A.H. Hassan; E.A Abdol-Hamid; H. Hamid, H.A. 1989. Effect of nitrogen fertilization on growth, flower and concrete oil yield of Jasminum sambac, Ait. Indian Parfumer, 33 : 4, 268-273.
Sharma, C.K. and I.P. Singh. 1991. Response to amount of pruning of the growth and flowering of Jasminum sambac cv. Gundumallige” Haryana Journal of Horticultural Science 20: 3- 4; 176-182.
Sidda, G and B.G.M. Rai. 1988. Effect of staggered pruning on flowering behavior and yield in gundumallige (Jasminum sambac,Ait). Indian Parfumer 32(4) : 312-320 . In Ornamental Horticulture (1989) 15(9):180.
Siddagangaiah; B.G.M. Rai. 1988. The effect of seasonal factors on the growth and yield of “Gundumallige” (Jasminum sambac,Ait).
Srinivasan, K.R.; Bulakrisnan, C.M. Pappiah. 1989. Studies on the effect of grade doses and split application of N and P on vegetatif and floral characteristic in Jasminum sambac, Ait. cv. Gundumalli. Indian Journal of Horticulture (1989) : 96(4) : 530-534.
Wuryaningsih, S; S. Soedjono dan P Banguningtyas. 1994. Pengaruh pembenah tanah dan pupuk nitrogen pada pertumbuhan melati (Jasminum sambac Ait.). Laporan Penelitian Sub Balai Penelitian Hortikultura Cipanas, 10 hal.
Wuryaningsih, S; T. Sutater dan Sutono. 1997. Peran pupuk K dan cekaman air bagi pertumbuhan dan produksi melati. J. Hort. 6(5) : 453 -459.
SUMBER : Satsiyati dan S. Wuryaningsih. 1998. Budidaya Melati. Dalam Melati. Buku Komoditas No. 4 Balai Penelitian Tanaman Hias. ISBN : 979 – 8842 – 07 – 3 : 59 – 70
siang…
terima kasih atas infonya
saya ada lahan sepetak, tertarik saya manfaatkan untuk budidaya melati.
untuk bibit yang baik, bagaimana harus memilihnya??
thanks, salam…..
Beberapa kriteria untuk memilih bibit melati yang baik adalah :sehat (tidak ada searangan hama dan penyakit), perakarannya banyak, seragam, pertumbuhannya bagus, tidak tercampur artinya sesui dengan yang kita inginkan.
Terima kasih , semoga bermanfaat dan selamat berkebun.
Balasan melalui email ke yang bersangkutan
I am a student of Hochiminh City University of Agriculture anf Forest.
I highly appreciate your result of study.
Can you help me and send this material in EnglishS
Thank you in advance
Terima kasih atas komentarnya dan bagi rekan – rekan yang berminat kami persilahkan berhubungan langsung. Semoga succes
Salam Kenal ibu,
Saya baca artikel ibu mengenai bunga melati, cukup menarik, dan saya tertarik untuk budidaya. kalau boleh saya minta alamat perkebunan melati yang ada di bogor, saya ingin melihat langsung kesana.
terima kasih
salam
Yanetta
0812-8358752
Saya sangat tertarik pada melati, dan saya ingin membudidayakannya. Karena itu, saya ingin bertanya dimana membeli bibit melati khususnya melati pemalang. Saya mohon bantuan untuk info tersebut lewat email saya monyet_yogya@plasa.com
atas bantuan Ibu, saya sangat banyak mengucapkan terima kasih.
Salam Sixta
mantap infonya detail banget… meski saya masih sangat awam karena saya bukan orang pertanian.. saya ingin mencobanya di kebun saya sendiri… tapi di pasar.. apa nama lain dari istilah generik bahan-bahan pupuk atau obat tanaman yang anda sebutkan saya belum paham… mohon kesediaanya menjelaskan
sy mahsiswsi yg sedang penelitian tntg melati,,, bisa kasi informasi dmn saya bisa dptkan ZPT pembungaan tuk melati,,,,
thanks sebelum na 🙂
saya tertarik dengan budidaya melati ini,saya mau tanya dimana bsa kt dapatkan bibitnya dan harganya berapa,kt berdomisili di daerah kabupaten Deliserdang lubuk pakam propinsi Sumut medan
Saya tertarik utk melihat budidaya melati di sekitar jawa barat. Boleh minta rekomendasi dimana?
Terima kasih.
Himawan